ASSALAU 'ALAIKUM Wr. Wb

Laman

Sabtu, 01 Februari 2014

”Jangan mengkritik apa yang tak kau pahami. Kau tidak akan pernah berada pada posisi orang itu.”

”Jangan mengkritik apa yang tak kau pahami. Kau tidak akan pernah berada pada posisi orang itu.”

Dari dulu dan sampai saat ini, banyak orang yang bertanya tentang hidupku….sebegitu penasarankah mereka tentang bagaimana hidupku? sebegitu menarikkah hidupku untuk dijadikan sebagai bahan obrolan mereka….bukannya aku pengen diacuhkan orang lain, bukannya aku ingin orang tak peduli denganku….aku juga butuh kepedulian dari orang lain tapi pernahkah kalian berpikir pertanyaan yang kalian anggap sebagai pertanyaan bentuk kepedulian kalian terhadapku sama sekali tidak terbentuk sebagai hasil dari rasa peduli….pertanyaan2 itu cenderung menyudutkan, seakan mencoba mencari titik kelemahanku….dan ketika aku mencoba menjawab, kalian mengejar2ku apa alasannya…kenapa aku harus seperti itu…..dan kalian mulai menyalahkanku kenapa aku bertindak seperti itu dan harusnya aku seperti ini….pernahkah kalian berpikir betapa ‘kesalnya’ aku dengan pertanyaan2 itu, berbagai ‘vonis’ dan kritikan kalian terhadap hidupku…berpikirlah positif….Setiap orang memiliki alasan dan memiliki tujuan hidup masing-masing….jadi jangan pertanyakan lagi dengan nada-nada menjatuhkan….kita cukup mendukung dan mendoakan yang terbaik saja..
kalian harusnya berpikir apakah kalian sudah yakin bahwa hidup kalian sudah benar?….pernahkah kalian berpikir betapa ‘kesalnya’ diri kalian ketika hidup kalian diusik orang lain….hidup di dunia ini hanya sekali…bisakah kita gunakan untuk berbagi kebaikan untuk meraih cinta-Nya. Tak perlulah mengusik hidup orang lain bahkan men-judge orang lain buruk kemudian menjadikannya bahan obrolan kita….berkacalah, liat seberapa buruk kita….sudah pantaskah kita untuk jadi hamba yang dicintai Allah?…

Suatu hari saya pernah bertanya dengan seorang teman, “Kok ada ya orang yang senengnya mengusik hidup orang lain dengan segala caranya?” Teman saya itu menjawab, “Ya ada lah… Orang kayak gitu ada di sekitar kita.” “Emang mereka nyari apa sih? Toh yang diusik juga belum tentu lebih hebat dari dia.”Jawab teman saya, “Justru itu… Dia melihat orang lain bisa adem tenterem. Seolah-olah nggak ada masalah. Sementara dia, siapa yang tahu kalau ternyata menyimpan banyak masalah pribadi?”. “Jadi, maksudnya…” “Dia iri bukan karena kemapanan seseorang. Tapi, karena kenyamanan orang itu.” Sampai di situ saya diam. Baru kali ini saya menemukan jenis iri dan dengki manusia. Kalau seseorang iri dan dengki sebab melihat orang lain yang lebih sukses, saya mengerti. Tapi, kalau dia iri dan dengki karena melihat kenyamanan orang? Bahwa ada orang yang iri bukan karena kemapanan seseorang. Tapi, justru karena kenyamanan orang itu. Kesejahteraan orang bisa dan mungkin saja mudah didapat. Tetapi, kedamaian diri seringkali susah dicari, apalagi dibeli. Maka ketika ada orang yang kita lihat lebih damai dari kita sendiri, tanpa sadar rasa iri itu bisa saja muncul. Jika kesadaran diri sudah pada tempatnya, saya pikir rasa iri itu bisa diganti energinya untuk mencari kedamaian diri sendiri yang pada dasarnya selalu kita cari agar hidup bisa lebih berarti. Dengan segala caranya. Tapi, jika kesadaran diri belum juga didapat, ya mulai deh aksi-aksi dari rasa iri terpendam itu keluar. Menambah beban pribadi serta menjauhkan rasa damai itu sendiri.
So, apakah perlu kita mengusik kenyamanan orang lain sehingga justru lebih menjauhkan rasa damai dalam diri kita sendiri?

Jangan terlalu mengurusi hidup orang lain sehingga melupakan kewajiban terhadap Sang Khaliq…jangan menganggap kehidupan orang lain lebih buruk karena bisa jadi kehidupanmu jauh lebih kotor darinya…hiduplah sesuai dengan harapanmu sendiri dan jangan mencoba untuk merusak harapan orang lain…..lakukan pekerjaan yang kamu sukai dan jangan merugikan orang lain….berilah manfaat pada sesamamu…jangan hanya mencari-cari kesalahan orang lain tapi lihatlah seberapa benar dirimu di hadapan orang lain…KRITIK-LAH dirimu sebelum kau mengkritik orang lain, berkacalah kamu ke sebuah cermin dan perhatikan sudah berapa kali kau menyakiti orang lain….
Lalu andaikan kita telah merasa ‘care’ dengan orang lain memang menjadi hal yang wajar bila kita ingin memberi nasihat, saran atau bahkan kritikan yang bersifat membangun agar orang tersebut bisa hidup lebih baik lagi, tapi tak perlu kita terlalu mengusik dengan pertanyaan menyudutkan, perkataan menyalahkan atau malah kritikan yang pedas….kita bisa mengatakannya secara baik-baik….mengkritik boleh-boleh saja asalkan kritikan itu bersifat membangun….andaikan orang tersebut sudah memiliki jalan sendiri yang tak sesuai dengan pikiran kita, apa kita akan terus menyalahkannya…kita tidak boleh memaksakan kehendak…belum tentu pendapat kita benar dan belum tentu jalan yang ditempuhnya salah….

Bisakah kita membedakan kritikan yang membagun dan menjatuhkan? Aku mengambil dari artikel di blog lainnya tentang perbedaan kedua kritikan di atas…Perbedaan antara kritik membangun dan menghancurkan sangat tipis. Kritik membangun biasanya diawali dengan pujian yang murni, tulus, ucapan terima kasih, walaupun diakhir kritik itu disisipkan kritik bernada negatif namun dibungkus dengan kata-kata yang memotivasi, membangun. Sementara kritik menghancurkan cenderung ditunjukkan dengan sikap mengadili, sedikit arogansi. Mencari kelemahan orang lain. Bila kritik itu dilontarkan di depan umum, maka kita tahu maksudnya kurang baik. Kritik yang membangun umumnya dingkapkan secara pribadi, secara privat, bukan untuk konsumsi publik. Kritik yang dilontarkan di depan umum cenderung hanya untuk menonjolkan diri, bahkan mencela.

Mengapa kritik itu diberikan? Ini ada hubungannya dengan sikap pengkritik itu. Ia mengkritik karena rasa sakit hati, iri atau demi keuntungan pribadi? Kritik yang cenderung meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain merupakan bentuk pemuasan ego yang paling rendah. Orang seperti ini biasanya punya kesulitan dalam berasosiasi dengan orang lain, berpandangan negatif akan orang lain sehingga dia akan bergaul dan berkomunikasi dengan cara yang tak bagus dan penuh kritik pula.

Tidak semua orang suka dikritik. Namun bila mendapat kritik, hadapi dengan rileks, jangan terlalu serius. Biasanya, kalau kritik yang tidak adil kita respon dengan amat sangat serius, kita, secara pribadi, di dalam hati, remuk secara emosional, ingin balas dendam dan sakit hati meski di luar kita nampak menghargai kritik itu. Maka rilekslah, hadapi dengan manis. Kalau perlu tanggapi dengan humor segar. Menanggapi kritik dan orang yang negatif dengan emosional hanya akan membuat kita terbawa arus negatif.

Sangatlah mudah untuk bertindak seperti seorang bos, selalu mengetahui apa yang benar sesuai dengan pandangan anda sendiri. Mengkritik membuat anda merasa enak dan seakan-akan andalah yang benar. Namun pada akhirnya, orang yang mengkritik bertujuan untuk menghancurkan orang lain tentunya tidak akan memperoleh keuntungan atau manfaat apapun dari sikapnya tersebut.

”Setiap orang bodoh bisa mengkritik, menuduh dan mengeluh; dan kebanyakan orang bodoh melakukan hal itu.”
- Benjamin Franklin -

“Bukanlah kritik yang anda berikan untuk diperhitungkan; bukan orang yang menjatuhkan seseorang yang kuat atau seseorang yang hanya berniat untuk melakukan yang lebih baik namun tidak melakukannya. Manfaat dari kritik akan diterima oleh orang yang sedang berada di arena; yang wajahnya dipenuhi oleh debu, keringat, dan darah, yang berjuang, yang melakukan kesalahan dan gagal berulang kali; karena tidak ada usaha tanpa adanya kegagalan dan kesalahan. Namun manfaat terbesar diterima oleh seseorang yang meraih keberhasilan; seseorang yang memiliki antusiasme, dedikasi, seseorang yang menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang berharga; seseorang yang mengetahui bahwa pada akhirnya ia akan memperoleh kemenangan. Dan kalaupun ia gagal, setidaknya ia gagal setelah berusaha dengan sangat keras. Sehingga tempat ia berada bukanlah bersama dengan orang-orang yang negatif dan penakut yang tidak pernah mengenal apa arti kemenangan atau kekalahan.”
- Theodore Roosevelt -

”Kritik bukanlah sesuatu yang bisa kita hindari dengan mudah dengan tidak mengatakan sesuatu, dan tidak menjadi diri anda sendiri.”
- Aristoteles -

Ketika kita mengkritik seseorang, apa arti kritik tersebut bagi kita? Dan ketika seseorang mengkritik kita, siapa yang sedang menunjukkan dirinya yang sebenarnya? Ketika kita merasa harus mengkritik; tanyakan alasannya pada diri kita terlebih dahulu. Ketika kita mengkritik orang yang sebenarnya tidak perlu kita kritik, ingatlah bahwa anda menyakiti diri sendiri dan memaksakan pemikiran serta ego dengan sikap semacam ini.

Apa yang bisa dilakukan seseorang selain mengkritik orang lain agar mereka memperbaiki diri? Salah satunya adalah dengan menyemangati, mendoakan mereka, dan bagaimana mereka bisa terus memperbaiki diri dan tidak mengacaukan segalanya. Seseorang mungkin berpendapat bahwa kritik tajam akan membantu dan memberikan hasil. Namun sebenarnya kritik akan mengecewakan orang lain dan mengganggu emosinya.

Namun apapun yang kita lakukan, beberapa orang memiliki kebutuhan untuk mengkritik.
Apapun yang kita kerjakan, akan selalu ada orang-orang yang tidak menyukai hal-hal yang kita kerjakan, dan hal itu merupakan sesuatu yang wajar.

Seperti yang dikatakan oleh Eleanor Roosevelt:
”Lakukan sesuai dengan apa yang hati anda katakan – karena anda akan tetap menerima kritikan. Anda akan dikutuk jika anda melakukannya, dan dikutuk jika anda tidak melakukannya.”

Ambil sisi positif dari sebuah kritikan dan buang sisi negatifnya, tetap introspeksi diri dan tetap jadilah diri sendiri dengan memfokuskan pada hal-hal positif yang kita pikirkan dan lakukan. Kenalilah diri sendiri, bukan apa yang orang lain pikirkan mengenai diri kita. Kritik memang akan selalu ada selama kita hidup. Tak perlu takut ataupun marah terhadap kritik. Jangan pula fokus pada kritik yang bersifat melemahkan karena hanya membuat kita ragu. Tetap yakin bahwa jalan yang kita tempuh itu benar dan teruslah melangkah.

Pepatah berkata, berterima kasihlah pada orang yang mengkritik, karena ia telah menguatkan kemampuan kita. Banyak orang besar dan berhasil, tidak melihat kritik sebagai penghalang cita-citanya melainkan sebagai alat untuk menambah kebijaksanaan, kearifan dan kedewasaan untuk menambah kualitas diri.

Anggap semua ‘pertanyaan menyudutkan’, ‘usikan yang mengganggu’, dan ‘kritikan yang melemahkan’ sebagai bumbu-bumbu untuk maju meraih keberhasilan. Nikmati bumbu-bumbu hidup itu dengan santai sebagai bahan pembelajaran untuk menguatkan kekebalan mental, kesabaran dan keikhlasan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar